tiba tiba saja aku membayangkan sebuah desa kecil dan pohon cemara
lalu lilin lilin dinyalakan bocah bocah kecil yang menyanyikan lagu natal dengan suara sumbang
lalu sebuah kotbah yang diucapkan dengan bahasa bahasa yang tak kumengerti
dan sinterklas
dan salju
dikeriuhan bandara, suara suara panggilan
derak roda mesin mesin
dan detak detak sepatu yang bergegas gegas
dimana ada kedamaian itu, saudaraku?
Jumat, 10 Desember 2010
Minggu, 24 Oktober 2010
NARITA, SEBUAH PEMBERHENTIAN
kita terpaksa mendarat di sini teman, dalam malam yang tak bersahabat dan kaki yang penat
gemuruh mesin dan lampu lampu menyambut langkah langkah bergegas
keramahan yang setengah terpaksa
dan dalam kepenatan yang menyeret ke sebuah pemberhentian. kamar sempit. makan malam yang dingin. lagu dari radio tengah malam yang serak
dan kita meringkuk dalam kimono. dalam aroma yang aneh dan mimpi tentang tokugawa
narita, pemberhentian malam ini melontarkan kita ke hari baru yang tercatat begitu panjang
gemuruh mesin dan lampu lampu menyambut langkah langkah bergegas
keramahan yang setengah terpaksa
dan dalam kepenatan yang menyeret ke sebuah pemberhentian. kamar sempit. makan malam yang dingin. lagu dari radio tengah malam yang serak
dan kita meringkuk dalam kimono. dalam aroma yang aneh dan mimpi tentang tokugawa
narita, pemberhentian malam ini melontarkan kita ke hari baru yang tercatat begitu panjang
Minggu, 19 September 2010
ALANGKAH PENATNYA PERJALANAN
alangkah penat orang orang itu memikul beban kehidupan
kaki-kakinya yang luka diseretnya melangkahi jalanan yang retak retak kepanasan
alangkah dukanya mereka menangisi kerabatnya yang kelaparan dan mati sia sia
jasadnya terkapar dimana mana, dimakan burung ruak
alangkah banyak tangisnya tertumpah, membasahi lembar lembar buku diary
tak juga menemukan pelabuhan untuk meneduh
kaki-kakinya yang luka diseretnya melangkahi jalanan yang retak retak kepanasan
alangkah dukanya mereka menangisi kerabatnya yang kelaparan dan mati sia sia
jasadnya terkapar dimana mana, dimakan burung ruak
alangkah banyak tangisnya tertumpah, membasahi lembar lembar buku diary
tak juga menemukan pelabuhan untuk meneduh
Jumat, 17 September 2010
SEPOTONG DONAT
sepotong donat dan bau kopi pagi hari tiba tiba menyerbu
sewaktu kita duduk duduk di lobby, menunggu matahari yang tak juga bergegas
sejenak kupejamkan mata, betapa jauhnya aku berjalan
ketika kutemukan diri tersesat di sela sela gedung gedung kota washington
mencoba mencari carimu di halaman halaman buku tamu dan papan papan nama apartemen
dimanakah engkau bidadariku?
dimana suaramu yang dulu selalu kurindukan menyanyikan "forever and ever you will be mine and I'll be yours"
kubiarkan sepotong donat melenakan diriku ke dalam sebuah mimpi amerika
jalanan yang riuh dan deru mesin mesin
melemparkan diriku ke trotoar yang basah berembun
kubiarkan seteguk kopi membuatku terjaga
menunggu kehadiranmu
menunggu
sewaktu kita duduk duduk di lobby, menunggu matahari yang tak juga bergegas
sejenak kupejamkan mata, betapa jauhnya aku berjalan
ketika kutemukan diri tersesat di sela sela gedung gedung kota washington
mencoba mencari carimu di halaman halaman buku tamu dan papan papan nama apartemen
dimanakah engkau bidadariku?
dimana suaramu yang dulu selalu kurindukan menyanyikan "forever and ever you will be mine and I'll be yours"
kubiarkan sepotong donat melenakan diriku ke dalam sebuah mimpi amerika
jalanan yang riuh dan deru mesin mesin
melemparkan diriku ke trotoar yang basah berembun
kubiarkan seteguk kopi membuatku terjaga
menunggu kehadiranmu
menunggu
Kamis, 02 September 2010
SURATMU
(suratmu tak bertanggal, penuh perasaan rindu yang tak terbaca)
selalu saja kau tulis beberapa baris kata di lembar elektronik itu, mengobarkan kerinduan yang terpendam begitu lama, tahun tahun lewat tanpa kabar, hari hari menumpuk rindu, bulan dan tahun tahun lepas dari genggamanmu
selalu kau coba untuk mengingat kembali potongan potongan cerita, kisah tua yang terpenggal penggal, di dalam tas atau di laci meja yang tak pernah terbuka, dalam goresan pena yang dulu membuatmu terlena dan memejamkan mata, mencoba menyibak tabir : menemukan wajahku
selalu kau tampilkan perasaan perasaan bersalah dan maaf dan kecewa, mengapa cerita yang begitu indah dan penuh ceria menjadi pudar lalu termakan usia, terbengkalai dan kalah
suratmu membuatku terlena
selalu saja kau tulis beberapa baris kata di lembar elektronik itu, mengobarkan kerinduan yang terpendam begitu lama, tahun tahun lewat tanpa kabar, hari hari menumpuk rindu, bulan dan tahun tahun lepas dari genggamanmu
selalu kau coba untuk mengingat kembali potongan potongan cerita, kisah tua yang terpenggal penggal, di dalam tas atau di laci meja yang tak pernah terbuka, dalam goresan pena yang dulu membuatmu terlena dan memejamkan mata, mencoba menyibak tabir : menemukan wajahku
selalu kau tampilkan perasaan perasaan bersalah dan maaf dan kecewa, mengapa cerita yang begitu indah dan penuh ceria menjadi pudar lalu termakan usia, terbengkalai dan kalah
suratmu membuatku terlena
TAPAL BATAS
dan kita pun berdiri pada garis yang tak bertanda
sejauh mata memandang
hanya : matahari dan semak semak
ketika hari pun berjalan pelahan, meninggalkan jejak jejak kaki, meninggalkan serpih kenangan
dan kita pun berpaling meninggalkan daerah tak bertuan
melangkahkan kaki, membuat jejak baru
sejauh mata memandang
hanya : matahari dan semak semak
ketika hari pun berjalan pelahan, meninggalkan jejak jejak kaki, meninggalkan serpih kenangan
dan kita pun berpaling meninggalkan daerah tak bertuan
melangkahkan kaki, membuat jejak baru
Rabu, 25 Agustus 2010
TROTOAR TUNJUNGAN
menapaki jalan
melempar kenangan yang tenggelam
waktu kita saling bersentuhan dalam remang senja
bermimpi tentang bintang dilangit, tentang Tuhan, tentang apa saja
lalu sepi
sementara kehidupan tak mau berhenti
menjajah tahun demi tahun
menonjok nasib
menendangnya ke pojok pojok yang pekat
membenamkan seluruh mimpi tentang bintang di langit, tentang Tuhan, tentang dirimu dan diriku
melempar kenangan yang tenggelam
waktu kita saling bersentuhan dalam remang senja
bermimpi tentang bintang dilangit, tentang Tuhan, tentang apa saja
lalu sepi
sementara kehidupan tak mau berhenti
menjajah tahun demi tahun
menonjok nasib
menendangnya ke pojok pojok yang pekat
membenamkan seluruh mimpi tentang bintang di langit, tentang Tuhan, tentang dirimu dan diriku
Kamis, 17 Juni 2010
MIMPIKU
masih terus terbayang matamu terpejam sementara desah nafasmu seperti suara deru angin ketika kau biarkan aku memelukmu dan membawamu pergi melambung jauh ke awan awan yang tinggi, langit biru dan cakrawala jauh
kapan kiranya engkau mengijinkan aku menggandeng hatimu yang malu malu
terbang ke mimpi yang memabukkan kita
kapan kiranya engkau mengijinkan aku menggandeng hatimu yang malu malu
terbang ke mimpi yang memabukkan kita
Kamis, 10 Juni 2010
TERINGAT PADAMU
tiba tiba saja waktu mendesak desak mengingatkan aku padamu yang tak pernah kujumpa, mengingatkan pada hari dan tanggal, waktu yang melemparkan kita ke jalanan yang gelap, di bawah tajuk flamboyan yang menyemburkan warna merah tua
lalu kita mendekat dan bercakap cakap dengan kikuk, sementara di luar sana angin pun mengintip dan kudengar suara nafas yang tertahan
aku teringat pada tatapan matamu, pada suara merdu yang kau lantunkan untukku di teras rumah aku teringat pada gandengan tanganmu yang erat tak melepas
aku teringat pada gaya langkahmu yang bergegas, menyibakkan rambut panjangmu
dan aku teringat ketika kita tak sempat lagi saling mengucapkan kata perpisahan...
dan semuanya telah tertelan oleh waktu yang semena mena membiarkan kisah terpenggal begitu saja tanpa ending
membawamu pergi begitu jauh
membawamu pergi
membawamu
lalu kita mendekat dan bercakap cakap dengan kikuk, sementara di luar sana angin pun mengintip dan kudengar suara nafas yang tertahan
aku teringat pada tatapan matamu, pada suara merdu yang kau lantunkan untukku di teras rumah aku teringat pada gandengan tanganmu yang erat tak melepas
aku teringat pada gaya langkahmu yang bergegas, menyibakkan rambut panjangmu
dan aku teringat ketika kita tak sempat lagi saling mengucapkan kata perpisahan...
dan semuanya telah tertelan oleh waktu yang semena mena membiarkan kisah terpenggal begitu saja tanpa ending
membawamu pergi begitu jauh
membawamu pergi
membawamu
Jumat, 23 April 2010
HARI BARU
pagi pagi dimulai dengan kumandang adzan dan suara sandal yang diseret dijalanan yang basah oleh sisa hujan semalam, lalu kudengar jendela jendela dibuka dan udara yang sejuk dibiarkan masuk. sementara engkau masih terbenam dalam selimut dan desing suara ac di kamarmu yang dingin dan temaram, matamu terpejam entah memimpikan apa dan kaki tanganmu terlipat menahan udara dingin yang menyelinap ke sela sela selimutmu
hari baru lalu apa? kehidupan hanya sebuah perjalanan yang terseret seret seperti pedati tua menjelajah jalanan berbatu di sebuah pegunungan
kemana hendak menuju? puncak yang tercapu kabut itu atau ke sebuah pemberhentian di tepian telaga yang sepi?
hari yang baru, kemana hendak melangkah engkau pun tak tahu
hari baru lalu apa? kehidupan hanya sebuah perjalanan yang terseret seret seperti pedati tua menjelajah jalanan berbatu di sebuah pegunungan
kemana hendak menuju? puncak yang tercapu kabut itu atau ke sebuah pemberhentian di tepian telaga yang sepi?
hari yang baru, kemana hendak melangkah engkau pun tak tahu
Selasa, 26 Januari 2010
GOLDCOAST
alangkah panas udara menyembur uap kecipak air laut
pasir kuning luas bersentuh desir pantai dan kaki kaki yang berpijak
biru langit
mata mengernyit
disinilah kusinggah dalam kejapan mata
pasir kuning luas bersentuh desir pantai dan kaki kaki yang berpijak
biru langit
mata mengernyit
disinilah kusinggah dalam kejapan mata
Langganan:
Komentar (Atom)