alangkah penat orang orang itu memikul beban kehidupan
kaki-kakinya yang luka diseretnya melangkahi jalanan yang retak retak kepanasan
alangkah dukanya mereka menangisi kerabatnya yang kelaparan dan mati sia sia
jasadnya terkapar dimana mana, dimakan burung ruak
alangkah banyak tangisnya tertumpah, membasahi lembar lembar buku diary
tak juga menemukan pelabuhan untuk meneduh
Minggu, 19 September 2010
Jumat, 17 September 2010
SEPOTONG DONAT
sepotong donat dan bau kopi pagi hari tiba tiba menyerbu
sewaktu kita duduk duduk di lobby, menunggu matahari yang tak juga bergegas
sejenak kupejamkan mata, betapa jauhnya aku berjalan
ketika kutemukan diri tersesat di sela sela gedung gedung kota washington
mencoba mencari carimu di halaman halaman buku tamu dan papan papan nama apartemen
dimanakah engkau bidadariku?
dimana suaramu yang dulu selalu kurindukan menyanyikan "forever and ever you will be mine and I'll be yours"
kubiarkan sepotong donat melenakan diriku ke dalam sebuah mimpi amerika
jalanan yang riuh dan deru mesin mesin
melemparkan diriku ke trotoar yang basah berembun
kubiarkan seteguk kopi membuatku terjaga
menunggu kehadiranmu
menunggu
sewaktu kita duduk duduk di lobby, menunggu matahari yang tak juga bergegas
sejenak kupejamkan mata, betapa jauhnya aku berjalan
ketika kutemukan diri tersesat di sela sela gedung gedung kota washington
mencoba mencari carimu di halaman halaman buku tamu dan papan papan nama apartemen
dimanakah engkau bidadariku?
dimana suaramu yang dulu selalu kurindukan menyanyikan "forever and ever you will be mine and I'll be yours"
kubiarkan sepotong donat melenakan diriku ke dalam sebuah mimpi amerika
jalanan yang riuh dan deru mesin mesin
melemparkan diriku ke trotoar yang basah berembun
kubiarkan seteguk kopi membuatku terjaga
menunggu kehadiranmu
menunggu
Kamis, 02 September 2010
SURATMU
(suratmu tak bertanggal, penuh perasaan rindu yang tak terbaca)
selalu saja kau tulis beberapa baris kata di lembar elektronik itu, mengobarkan kerinduan yang terpendam begitu lama, tahun tahun lewat tanpa kabar, hari hari menumpuk rindu, bulan dan tahun tahun lepas dari genggamanmu
selalu kau coba untuk mengingat kembali potongan potongan cerita, kisah tua yang terpenggal penggal, di dalam tas atau di laci meja yang tak pernah terbuka, dalam goresan pena yang dulu membuatmu terlena dan memejamkan mata, mencoba menyibak tabir : menemukan wajahku
selalu kau tampilkan perasaan perasaan bersalah dan maaf dan kecewa, mengapa cerita yang begitu indah dan penuh ceria menjadi pudar lalu termakan usia, terbengkalai dan kalah
suratmu membuatku terlena
selalu saja kau tulis beberapa baris kata di lembar elektronik itu, mengobarkan kerinduan yang terpendam begitu lama, tahun tahun lewat tanpa kabar, hari hari menumpuk rindu, bulan dan tahun tahun lepas dari genggamanmu
selalu kau coba untuk mengingat kembali potongan potongan cerita, kisah tua yang terpenggal penggal, di dalam tas atau di laci meja yang tak pernah terbuka, dalam goresan pena yang dulu membuatmu terlena dan memejamkan mata, mencoba menyibak tabir : menemukan wajahku
selalu kau tampilkan perasaan perasaan bersalah dan maaf dan kecewa, mengapa cerita yang begitu indah dan penuh ceria menjadi pudar lalu termakan usia, terbengkalai dan kalah
suratmu membuatku terlena
TAPAL BATAS
dan kita pun berdiri pada garis yang tak bertanda
sejauh mata memandang
hanya : matahari dan semak semak
ketika hari pun berjalan pelahan, meninggalkan jejak jejak kaki, meninggalkan serpih kenangan
dan kita pun berpaling meninggalkan daerah tak bertuan
melangkahkan kaki, membuat jejak baru
sejauh mata memandang
hanya : matahari dan semak semak
ketika hari pun berjalan pelahan, meninggalkan jejak jejak kaki, meninggalkan serpih kenangan
dan kita pun berpaling meninggalkan daerah tak bertuan
melangkahkan kaki, membuat jejak baru
Langganan:
Postingan (Atom)