Senin, 30 November 2009

SEBUAH PEMBERHENTIAN : WU ZHOU HOTEL


ada seekor burung tak dikenal hinggap di jendela
bercerita tentang polusi udara, hingar bingar dan kerinduan pada bukit hoa san sebagaimana pernah kubaca dimasa kecilku
merpati merpati yang berterbangan di kerumunan awan dan kabut pegunungan dan semak semak bambu yang berdaun runcing seperti pedang pedang pendekar
aku menengoknya dari balik jendela sebuah hotel bintang lima
hanya ada rimba beton
kenalpot mobil menebarkan gumpalan karbon dioksida
dan burung merpati itupun lenyap di balik jendela

STANLEY MARKET


kami telah lelah berkeliling, menjelajah lorong lorong tanpa menemukan apa apa kecuali keasingan yang tak pernah menyapa, kecuali keheningan di tengah suara suara yang sulit diterjemahkan dalam bahasa

kami telah mandeg melangkahkan kaki, karena dunia tak mau lagi berputar membawa kami ke dalam lingkaran lingkarannya yang penuh kepalsuan dan keduniawian yang tak pernah bisa dihitung dalam angka

kami menjumpaimu dalam panas yang menyengat dan haus yang mencekik

Rabu, 07 Oktober 2009

PUISI KOTA KOTA

MUSIM GUGUR

sambil merapatkan jaket kucoba berjalan di trotoar yang sepi, ketika angin merontokkan daun daun coklat pepohonan, dan kucoba menyiulkan sebuah ballada tentang musim gugur pada tepian desa yang jauh telah melewati sang waktu, menuju kemana aku pun tak pernah tahu
angin semakin menderu, menggoyangkan pucuk pucuk cemara dan membenamkan bumi yang asing ini ke dalam mimpi panjang yang kelak menjadi cerita anak cucu
(maryland, 1991)

LADIES MARKET

kutemukan diriku ditengah tengah belantara manusia manusia yang tak kukenal nama dan alamatnya, bahkan tak ada tanda pengenal di dada
suara suara bising dan tawa membahana, menampar gelapnya malam bermendung
menghela langkahku semakin terbenam dalam belantara yang asing
tak kukenal
tak kukenal
lalu kudengar denting gitar, suara agnes chan menyanyikan when you down and troubled and you found nobody's around you...
(hongkong, 2004)


STASIUN LO WU

suasana yang sama
kutemukan di sana
antrian panjang
egoisme orang orang
dan senja yang redup

deretan rel dan kabel kabel baja
gemertak suara besi dan teriakan teriakan
dunia seakan berhenti di sini
di setasiun kereta api Lo Wu

DI ATAS BUS GREYHOUND

pernah kumimpikan semasa kecil, sebuah bus greyhound membawaku ke pelosok negara negara bagian, melewati padang gandum, hutan hutan eru, deretan jeram dan papan papan reklame
ketika aku duduk di sini, di sebuah terminal pemberhentian yang sepi
pada sebuah distrik yang mulai tenggelam dalam senja

pernah kubayangkan sebuah semesta yang tak terjangkau, membawaku ke tamasya tamasya yang penuh mimpi, dalam guguran daun aprikot
dan seorang negro yang menyanyikan lagu blues

Rabu, 19 Agustus 2009



QUEEN STREET MALL

alangkah riuhnya jalanan dalam terik matahari sore bulan november
sebuah simpang empat dan orang orang yang bergegas menyimpan kesibukan masing masing
toko toko yang terbuka menjajakan pernik pernik natal yang kesekian
dan lagu lagu yang bersahut sahutan
menjebakku dalam keping kehidupan yang asing
di queen street mall

ketika kucoba bertanya pada diriku, seberapa jauh kehidupan menghelaku ke sini
dari sebuah benua yang lengang, terik matahari sore yang sama
tak kutemukan jawaban
tak kutemukan makna

Minggu, 26 Juli 2009


PANGKAL BALAM

kapal kapal berlabuh di dermagamu dalam lalu lintas yang sepi
sepasang mata tua menatap jauh dan perih
ketika membayangkan sebuah jaman
ketika menggoreskan sejumput kenangan

masa lalu, masa lalu
bagaimana harus kutulis sejarahmu?
ketika jaman sudah berganti
dan generasi beralih ke generasi
tak meninggalkan jejak apapun, selain sisa sisa tanah
galian timah yang gundah

kapal kapal berangkat dan pergi
benderanya berkibar tengadah
dan dermaga pun kembali senyap

Selasa, 21 Juli 2009


TEBEDU

dan langkahku pun terhenti di sini, berpaling, melihat garis batas yang menjauh
jalan yang menikung, menuju tempat yang belum ku kenal
aku merasa terasing meski engkau ada di sisiku mengajak bercakap cakap
tentang sebuah persinggahan


sampai nanti kita pun tiba di Serian, singgah dalam istirahat
garis batas yang makin menjauh
menuju sebuah pemberhentian lain dalam hidup yang penat

Senin, 20 Juli 2009

PENABUH PERKUSI

di sela sela pepohonan dan taman dekat Smithsonian Museum, Washington DC kujumpai dia
seorang negro tua menabuh perkusi dengan mata yang terpejam
barangkali membayangkan sebuah afrika yang elok
barangkali membayangkan kelaparan yang mendera
barangkali membayangkan koin koin yang dilemparkan ke dalam topinya yang menadah terbuka

sementara
seekor tupai melompat lompat riang di balik semak semak
orang orang bergegas dalam egoisme yang tak peduli

Rabu, 15 Juli 2009


Cable Car Pulau Sentosa

sejauh mata memandang : laut lepas dan kapal kapal berlabuh di bandar yang teduh
bentang kaki langit dan warna biru
dan langit singapura yang terik dihembus sedikit desau angin
ketika di kejauhan kutemukan sebuah titik layar perahu

sejauh mata menerawang : hatimu yang galau dan cemburu
meski kita semua melepas canda dan gurau
terayun ayun dalam cable car yang melintas dari mount faber ke sentosa
ketika di sudut hati kutemukan sebuah luka

Senin, 13 Juli 2009


Shenzen

deru mesin dan langkah langkah kaki yang berderap menapaki lantai stasiun
kemana aku harus melanjutkan perjalanan di tengah belantara beton dan asap ini
langit biru daratan
ketika kurindukan kuil perbukitan hoa san

di sebuah simpang jalan, kujumpai wajahmu di balik gerobak penjaja makanan kaki lima
seraut wajah yang pernah kubaca, entah di mana
mencoba mengeja makna kehidupan dengan berbagai tanda tanya ketidakpastian

langit biru daratan
belantara beton dan asap mesin mesin
kurindukan sebuah kuil perbukitan hoa san


Selat Sumbawa

alangkah jauh perjalanan kutempuh
melangkahi batu demi batu, jalanan koyak dan rimbunan pepohonan
laut lepas dan badai
ketika suatu ketika kami berhenti, memandangi selat yang teduh
sejenak teringat sebuah legenda tentang kapal kapal yang menempuh perjalanan jauh
terayun gelombang, sementara bendera berkibar di anjungan
sejenak teringat padamu, yang tak menyerah ketika terdampar di sebuah persinggahan kehidupan

alangkah jauh perjalanan kutempuh
melangkahi serpihan ilalang dan semak semak kering
menuju haribaanMu ....

Brisbane

sebuah siang yang panas, matahari tak ramah menyapa lewat air sungai berkecipak terbelah perahu melintas

sungai brisbane dan kilau matahari benua, ketika kehidupan seolah menjadi begitu panjang menjelajah
dan hari hari berlalu seperti sebuah sejarah, pendek pendek dan terbata
ketika kaki menjadi penat dan perahu menambat di dermaga





PUISI PEMBUKA


ketika semua mata terbuka menatap

ketika semua hati terbuka berharap

apa yang hendak kau katakan kepada dunia

tentang apa saja, kehendak dan harapan, cita cita dan kebutuhan

atau tentang air mata kesedihan, kegundahan dan patah semangat
atau tentang gelimang tawa, keceriaan dan perjuangan


jangan biarkan mereka terlalu lama

berikanlah milikmu, semuanya....