masih teringat olehku ketika kugandeng tanganmu setelah kita mengikuti upacara tujuhbelas agustus pada suatu hari, dan baju putih putih kita bercucuran keringat karena panas matahari
lalu kita menengadah ke langit, memperhatikan birunya lazuardi dan kibaran bendera
anak anak menyanyikan sorak sorak bergembira...
masih teringat olehku ketika pada sore hari berdiri di depan rumahmu melihat barisan karnaval perayaan proklamasi kemerdekaan
dimana mana bendera merah putih dilambai lambaikan...
masih teringat olehku ketika puisi chairil anwar dibacakan : antara karawang bekasi
suara suara yang penuh semangat
masih teringat olehku
suara merdumu menyanyikan lagu kebangsaan...
Selasa, 16 Agustus 2011
Kamis, 11 Agustus 2011
MENJELANG MUSIM GUGUR
hari telah menjelang senja, katamu. ketika kita bercakap cakap di depan teras lodge, sementara angin mendesah tajam menggoyang goyangkan korden jendela
ya, tetapi kita segera pulang, kataku. kupandangi mobil van yang terparkir di halaman dan cybill memasukkan kopor kopor ke dalam bagasi
musim gugur segera tiba, katamu merasakan angin yang tiba tiba membawa hawa dingin telah merontokkan daun daun pohon mapple di halaman
ya, tetapi kita tidak akan menikmatinya, kataku.
kami bersalaman dan mencoba merangkai kata kata
tetapi engkau ternyata membisu membiarkan aku berlalu
musim gugur terbawa angin senja
membawa hati kita
menerbangkannya lewat awan awan maryland
(catatan 1991)
ya, tetapi kita segera pulang, kataku. kupandangi mobil van yang terparkir di halaman dan cybill memasukkan kopor kopor ke dalam bagasi
musim gugur segera tiba, katamu merasakan angin yang tiba tiba membawa hawa dingin telah merontokkan daun daun pohon mapple di halaman
ya, tetapi kita tidak akan menikmatinya, kataku.
kami bersalaman dan mencoba merangkai kata kata
tetapi engkau ternyata membisu membiarkan aku berlalu
musim gugur terbawa angin senja
membawa hati kita
menerbangkannya lewat awan awan maryland
(catatan 1991)
Minggu, 07 Agustus 2011
PECATU
birunya laut dan deretan tenda tenda pantai menyambut turis turis malaysia yang takjub sementara panas sore menyiram seluruh hamparan dengan debu
hanya kutemukan pedagang souvenir dan sekilas pemandangan yang dijual
selebihnya adalah kegalauan hati
hanya kutemukan pedagang souvenir dan sekilas pemandangan yang dijual
selebihnya adalah kegalauan hati
Sabtu, 06 Agustus 2011
PUPUAN, SEBUAH PERSINGGAHAN
di persinggahan singkat ini kuhabiskan waktu memandangimu
sudut kota kecil yang lengang pada sebuah senja bulan juli yang panas
masih ada sisa penggalan hari
masih ada seteguk minuman
dipersinggahan yang tak bermakna ini
aku mencoba menikmati
Bali yang pernah kurindukan
yang mengisi hari hari buku harian dengan banyak cerita
di persinggahan yang begitu singkat
kucoba meneguk udaramu
yang berdebu
sudut kota kecil yang lengang pada sebuah senja bulan juli yang panas
masih ada sisa penggalan hari
masih ada seteguk minuman
dipersinggahan yang tak bermakna ini
aku mencoba menikmati
Bali yang pernah kurindukan
yang mengisi hari hari buku harian dengan banyak cerita
di persinggahan yang begitu singkat
kucoba meneguk udaramu
yang berdebu
Jumat, 05 Agustus 2011
BALTIMORE
kami berteduh di bawah pohon, pada sebuah siang musim panas
menatap jalanan yang riuh, beton beton bangunan yang mengepung
pernahkah kau bayangkan akan berdiri di tempat ini
jauh dari kemeriahan sebuah kampung di desa yang sepi
kami mencoba menyalami duniamu yang tidak ramah
mendengarkan musikmu
menelan asap mesin mesin yang menderu
dan membiarkan angin panas mengelus gerah
dan ketika aku terjaga
kami telah bergegas dalam keasingan
menatap jalanan yang riuh, beton beton bangunan yang mengepung
pernahkah kau bayangkan akan berdiri di tempat ini
jauh dari kemeriahan sebuah kampung di desa yang sepi
kami mencoba menyalami duniamu yang tidak ramah
mendengarkan musikmu
menelan asap mesin mesin yang menderu
dan membiarkan angin panas mengelus gerah
dan ketika aku terjaga
kami telah bergegas dalam keasingan
Kamis, 04 Agustus 2011
CATATAN SANUR
dan ketika matahari mulai merayap pelan pelan di balik semak, dan ketika air pasang menyentuh lunas perahu, dan ketika angin menggoyang goyangkan daun keladi
terdengar suara rintih gamelan ... kemudian senyi pun melontarkan senja ke telapak kaki langit
dan berdirilah kami di jalanan yang riuh ini
memandang sanur yang semakin tua, berjalan tersaruk saruk
menyusuri sebuah lorong, masuk ke halaman sebuah rumah di pantai
dan tergolek di sana
menyesali diri
tenggelam dalam kenangan lama yang kusam
dan ketika semak semak itu makin terdera kegelapan, dan ketika lampu pertama dinyalakan, dan ketika musik hingar bingar menelan sayup gamelan
kami meninggalkan sanur yang mengatupkan mata
terdengar suara rintih gamelan ... kemudian senyi pun melontarkan senja ke telapak kaki langit
dan berdirilah kami di jalanan yang riuh ini
memandang sanur yang semakin tua, berjalan tersaruk saruk
menyusuri sebuah lorong, masuk ke halaman sebuah rumah di pantai
dan tergolek di sana
menyesali diri
tenggelam dalam kenangan lama yang kusam
dan ketika semak semak itu makin terdera kegelapan, dan ketika lampu pertama dinyalakan, dan ketika musik hingar bingar menelan sayup gamelan
kami meninggalkan sanur yang mengatupkan mata
Langganan:
Komentar (Atom)